- Tahu siapa calon pembeli. Ini hal penting pertama.
Anda harus tahu siapa calon pembeli produk yang anda pasarkan. Tidak
cukup hanya tahu target marketnya, tapi anda juga perlu selami lebih
dalam apa saja yang dia harapkan dari produk anda, serta apa yang tidak
dia harapkan.
Contoh: misalkan anda berjualan baju secara online. Pembeli baju anda pasti ingin baju yang dibelinya nanti tahan, awet, dan sesuai dengan deskripsi yang anda pasang di web. Sebaliknya, calon pembeli pasti juga dibayang-bayangi ketakutan bagaimana misalnya jika baju yang akan dibelinya itu kebesaran/kekecilan, dsb.
Kalau anda mengetahui dengan baik apa harapan dan kekhawatiran yang mungkin timbul dari konsumen, anda bisa antisipasi segala kekhawatiran yang ada di benak prospek anda, sekaligus bisa memenuhi harapan-harapan yang ingin mereka capai dari produk anda. - Mempromosikan produk yang tepat. Seperti ungkapan
“the right product to the right consumer”, berikan produk pada konsumen
yang tepat. Produk yang tepat bisa dalam arti sesuai dengan
kebutuhan/keinginan mereka dan sesuai dengan jangkauan daya beli mereka.
Kalau konsumen anda sedang lapar, tentu lebih tepat menawarkan makanan
dibanding pasta gigi.
- Mulai pasarkan dan gaet traffik. Traffik
ini angka kunjungan orang yang datang ke toko online. Traffik ini
sangat menentukan karena kalau tidak ada pengunjung yang datang,
bagaimana mau ada pembeli?
Nah, dari traffik tersebut, juga bisa ditelisik lebih jauh berapa jumlah yang datang, dibanding dengan berapa yang menjadi prospek, dan berapa yang membeli. Di situ kita jadi punya patokan awal untuk menilai seberapa bagus halaman web anda dalam menghasilkan penjualan. Sekaligus sebagai data untuk menilai pertumbuhan bisnis anda dari waktu ke waktu.
Bagaimana cara mendapatkan traffic? Bisa via PPC, SEO, social media dan sumber-sumber traffik lainnya. - Kumpulkan prospek. Seperti sempat disinggung di atas, mengumpulkan prospek juga menjadi bagian dari langkah pemasaran online. Dari prospek yang terkumpul, anda punya calon-calon pembeli produk anda.
- Lakukan Follow Up. Lakukan follow up pada mereka yang menjadi prospek anda. Pada tahap follow up ini kemampuan copywriting menjadi penting, baik melakukannya lewat email marketing atau mobile marketing. Kemampuan copywriting tersebut sangat berperan dalam mengkonversi prospek menjadi konsumen.
Entri Populer
-
SALAM, Latansa Tani YeeeSSSS...!! I. PENDAHULUAN Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produk...
-
salam, latansa tani informative,,,,,yesss!! Mengingat beberapa kasus di atas, pertanyaan selanjutnya apakah pengembangan padi hibrida meru...
Kamis, 20 Oktober 2011
5 langkah pemasaran online//
Rabu, 12 Oktober 2011
PENDISTRIBUSIAN PUPUK BELUM BISA ADIL
Permasalahan
Menumpuknya pupuk bersubsidi ternyata juga menimbulkan masalah untuk petani dan kios.
a. Bagi petani menumpuknya pupuk dikios, mendorong kios untuk menekan petani terutama kelompok tani untuk segera mengambil pupuk jatah kelompok. Disisi lain kelompok sudah tidak membutuhkan lagi karena sudah selesai memupuk (pupuk tutupan)
b. Kios dituntut pihak distributor untuk membeli terus semua pupuk yang dikirim distributor. Jika kios menolak maka alamat kios tersebut tidak akan mendapatkan kiriman untuk beberapa minggu kedepan. Masalah ini memberatkan petani dan kios karena harus membeli pupuk yang belum akan mereka gunakan.
Distributor Paling Diuntungkan
Distributor adalah pihak yang paling diuntungkan dalam masalah ini, karena :
1. Tidak memerlukan modal banyak
Hal ini karena semua pembayaran kios harus kontan, bahkan ada yang diminta untuk menyetorkan uang sebagai deposit. kesimpulannya distributor dibiayai oleh kios-kios resmi dengan modal kecil, sungguh tidak adil.
2. Distributor tidak perlu punya gudang
Dalam banyak kasus semua pupuk dari gudang pabrik langsung dikirim ke kios jadi gudang distributor beralih ke kios resmi bermodal kecil. sehingga pupuk menumpuk di gudang kios resmi. sekali lagi distributor diuntungkan, gak perlu gudang, uang dan segudang keuntungan lainnya.
Kasihan Kios Resmi
Malang sekali para kios resmi ini harus menaggung biaya gudang distributor, memodali distributor tapi selalu di kambing hitamkan jika ada permasalahan distribusi. Dimana letak keadilannya !!!!
Creative Problem Solving Process
The Creative Problem Solving Process (CPS), also known as the Osborn-Parnes CPS process, was developed by Alex Osborn and Dr. Sidney J. Parnes in the 1950s.[1]
CPS is a structured method for generating novel and useful solutions to
problems. CPS follows three process stages, which match a person's
natural creative process, and six explicit steps:[2]
CPS is flexible, and its use depends on the situation. The steps can
be (and often are) used in a linear fashion, from start to finish, but
it is not necessary to use all the steps. For example, if one already
has a clearly defined problem, the process would begin at Idea Finding.
What distinguishes the Osborn-Parnes CPS process from other "creative problem solving" methods is the use of both divergent and convergent thinking during each process step, and not just when generating ideas to solve the problem. Each step begins with divergent thinking, a broad search for many alternatives. This is followed by convergent thinking, the process of evaluating and selecting.
Process Stage | Steps |
---|---|
Explore the Challenge | Objective Finding (identify the goal, wish or challenge) |
Fact Finding (gather the relevant data) | |
Problem Finding (clarify the problems that need to be solved in order to achieve the goal) | |
Generate Ideas | Idea Finding (generate ideas to solve the identified problem) |
Prepare for Action | Solution Finding (move from idea to implementable solution) |
Acceptance Finding (plan for action) |
What distinguishes the Osborn-Parnes CPS process from other "creative problem solving" methods is the use of both divergent and convergent thinking during each process step, and not just when generating ideas to solve the problem. Each step begins with divergent thinking, a broad search for many alternatives. This is followed by convergent thinking, the process of evaluating and selecting.
TALKING FIRST P-D-C-A
Taking the First Step with the PDCA (Plan-Do-Check-Act) Cycle
Learn the basics of how to use the PDCA Cycle (Plan-Do-Check-Act),
the very first quality improvement and effective project management tool
in your arsenal when implementing kaizen.
By Karn G. Bulsuk
PDCA is the very first, fundamental tool in your arsenal in implementing kaizen. It mainly does three things:
The original concept was made popular by statistician Edwards Deming, the father of modern quality management. PDCA is quite easy to understand and quite easy to carry out, as long as you keep track at which stage you’re in.
To carry PDCA out, you need to follow the four step cycle as in the diagram above. Firstly, you start with Plan.
P is for Plan
In any project, you will first need a detailed plan. Make sure to identify your goals, delegate work properly and set a clear action plan with key milestones.
Don’t forget to document your plans in order to help you analyze its effectiveness later.
D is for Do
Once you have your plan, do it! As no plan is ever completely perfect, make sure you make a list of problems as you encounter them, and how you responded to them.
C is for Check
Once you’ve finished the project, immediately call the team to compile the list of problems and solutions they’ve encountered. Share the information with the team so that everyone knows and understands how to avoid these problems, or to fix them if they happen to reappear again later.
After that, take an all-encompassing look at the project. There are usually some key areas where you’ve felt that could improve project efficiency, or where you could have done something better. Brainstorm, and identify areas for improvement.
For each problem you found, identify the root causes by using 5-why. In essence, you would set the problem up like an equation, then ask why did this happen? five times. To provide a basic example, let’s say that we’ve just finished organizing a Gala Dinner, and we had a problem in which the catering service delivered the food 2 hours behind schedule. To find the root causes, we would do the following:
In this case, one of the root causes is that we lacked a checklist to ensure everything was prepared at the designated time. There are a series of four detailed articles on the purpose of 5-why, as well as downloadable tools and tutorials here.
A is for Act
You now know the root causes of the problems, now fix them. Your job here is to ensure these problems don’t rear their ugly heads again the next time you carry out this project. Solving an issue by fixing the root cause is like uprooting weeds, as they won’t grow back again. If you solve a problem as they come along, then all you’re doing is cutting weeds. With a bit of time, they’ll just grow back and come back to haunt you.
Once the root causes are eliminated, it is important to standardize these techniques in order to ensure that everyone knows about it, and that they don’t happen again. That can be achieved through documentation and sharing this knowledge through PDCA meetings with your team, and other stakeholders.
And when you’re done…
After you’ve finished the Act portion, you go right back to Planning the next stage of the project. Don’t forget to use what you have learned during the PDCA loop to make the project even better next time.
Summary
PDCA is a never ending cycle designed to improve quality and efficiency
P = Plan your work well.
D = Do the plan
C = Check the problems you’ve encountered and their root causes. Also identify areas for improvement
A = Act to fix the root causes.
Download
I have uploaded the PDCA diagram seen above to share in the Wikimedia Commons as a SVG file, which means you can resize it in a vector editing program such as Adobe Illustrator or Inkscape. Alternatively, Wikimedia Commons also has an option to generate the SVG into a PNG file, which means you can use it immediately in your Word documents or PowerPoint presentations immediately without any further editing.
There are two versions of the PDCA cycle available for download, one of which includes a detailed subset of PDCA. Please click on the version you would like to download:
You can read more about horenso (effective communication), PDCA (Plan-Do-Check-Act), mieruka (use of visuals) and 5-why here, which also includes articles, tutorials and downloadable diagrams, sheets, PDFs and other tools to help you implement kaizen and bring the competitive edge of the Toyota Way to your manufacturing or service-industry project or organization.
By Karn G. Bulsuk

Related articles:
- Extended PDCA Diagram and how to use it
- PDCA wallchart to keep track of your PDCA status
PDCA is the very first, fundamental tool in your arsenal in implementing kaizen. It mainly does three things:
- Helps you to continually change and tweak what you do in order to:
- Achieve higher quality in your results and processes.
- Gain continual increases in work efficiency.
- Allows you to clearly see which stage your project is at.
- Assists you in handling your work logically and systematically.
The original concept was made popular by statistician Edwards Deming, the father of modern quality management. PDCA is quite easy to understand and quite easy to carry out, as long as you keep track at which stage you’re in.
To carry PDCA out, you need to follow the four step cycle as in the diagram above. Firstly, you start with Plan.
P is for Plan
In any project, you will first need a detailed plan. Make sure to identify your goals, delegate work properly and set a clear action plan with key milestones.
Don’t forget to document your plans in order to help you analyze its effectiveness later.
D is for Do
Once you have your plan, do it! As no plan is ever completely perfect, make sure you make a list of problems as you encounter them, and how you responded to them.
C is for Check
Once you’ve finished the project, immediately call the team to compile the list of problems and solutions they’ve encountered. Share the information with the team so that everyone knows and understands how to avoid these problems, or to fix them if they happen to reappear again later.
After that, take an all-encompassing look at the project. There are usually some key areas where you’ve felt that could improve project efficiency, or where you could have done something better. Brainstorm, and identify areas for improvement.
For each problem you found, identify the root causes by using 5-why. In essence, you would set the problem up like an equation, then ask why did this happen? five times. To provide a basic example, let’s say that we’ve just finished organizing a Gala Dinner, and we had a problem in which the catering service delivered the food 2 hours behind schedule. To find the root causes, we would do the following:
Step | Reason | Why? |
1 | The caterer delivered food 2 hours late. | Why did this happen? |
2 | Because we did not prepare the purchase order on time. | Why was the purchase order not prepared on time? |
3 | Because we did not get all approval signatures on time. | Why didn’t get the signatures on time? |
4 | Because we prepared the PO 3 days before the event. | Why did we prepare it late? |
5 | Because we forgot to prepare the PO. | Why did we forget about it? |
Root Cause: | Because we didn’t have a checklist to clearly identify the tasks we needed to complete at what time. |
In this case, one of the root causes is that we lacked a checklist to ensure everything was prepared at the designated time. There are a series of four detailed articles on the purpose of 5-why, as well as downloadable tools and tutorials here.
A is for Act
You now know the root causes of the problems, now fix them. Your job here is to ensure these problems don’t rear their ugly heads again the next time you carry out this project. Solving an issue by fixing the root cause is like uprooting weeds, as they won’t grow back again. If you solve a problem as they come along, then all you’re doing is cutting weeds. With a bit of time, they’ll just grow back and come back to haunt you.
Once the root causes are eliminated, it is important to standardize these techniques in order to ensure that everyone knows about it, and that they don’t happen again. That can be achieved through documentation and sharing this knowledge through PDCA meetings with your team, and other stakeholders.
And when you’re done…
After you’ve finished the Act portion, you go right back to Planning the next stage of the project. Don’t forget to use what you have learned during the PDCA loop to make the project even better next time.
Summary
Download
I have uploaded the PDCA diagram seen above to share in the Wikimedia Commons as a SVG file, which means you can resize it in a vector editing program such as Adobe Illustrator or Inkscape. Alternatively, Wikimedia Commons also has an option to generate the SVG into a PNG file, which means you can use it immediately in your Word documents or PowerPoint presentations immediately without any further editing.
There are two versions of the PDCA cycle available for download, one of which includes a detailed subset of PDCA. Please click on the version you would like to download:
You can read more about horenso (effective communication), PDCA (Plan-Do-Check-Act), mieruka (use of visuals) and 5-why here, which also includes articles, tutorials and downloadable diagrams, sheets, PDFs and other tools to help you implement kaizen and bring the competitive edge of the Toyota Way to your manufacturing or service-industry project or organization.
Read more: Taking the First Step with the PDCA (Plan-Do-Check-Act) Cycle | Karn G. Bulsuk: Full Speed Ahead http://www.bulsuk.com/2009/02/taking-first-step-with-pdca.html#ixzz1aYFuVARN
Copyright © Karn G. Bulsuk
PDCA,,,,,,,,,,,,DEMING KONSEP
Meaning
The PDCA cycle[1]
- PLAN
- Establish the objectives and processes necessary to deliver results in accordance with the expected output (the target or goals). By establishing output expectations, the completeness and accuracy of the specification is also a part of the targeted improvement. When possible start on a small scale to test possible effects.
- DO
- Implement the plan, execute the process, make the product. Collect data for charting and analysis in the following "CHECK" and "ACT" steps.
- CHECK
- Study the actual results (measured and collected in "DO" above) and compare against the expected results (targets or goals from the "PLAN") to ascertain any differences. Charting data can make this much easier to see trends over several PDCA cycles and in order to convert the collected data into information. Information is what you need for the next step "ACT".
- ACT
- Request corrective actions on significant differences between actual and planned results. Analyze the differences to determine their root causes. Determine where to apply changes that will include improvement of the process or product. When a pass through these four steps does not result in the need to improve, the scope to which PDCA is applied may be refined to plan and improve with more detail in the next iteration of the cycle.
Selasa, 11 Oktober 2011
BE WARE...!!!
WASPADAI !!!
Banyak penyakit serius yang diderita wanita dikarenakan kurang terawatnya bagian luar dan dalam kewanitaannya, seperti:
Hampir setiap wanita pernah mengalami keputihan yang dalam
dunia kedokteran disebut Leukore/Flour Albus. Dari data yang tercatat
menyatakan bahwa 3 dari 4 wanita mengalami keputihan atau bisa dikatakan
bahwa 75 % dari wanita Indonesia mengalaminya dikarenakan kelembaban
udara dan kurangnya kebersihan.
Banyak wanita yang merasa malu untuk mengungkapkannya dan
belum tahunya mereka cara mengatasinya sehingga timbul penyakit yang
lebih serius. Bahkan dengan keputihan yang berlanjut akan mengganggu
kesuburan sehingga wanita tersebut sukar untuk mempunyai anak.
Kesehatan itu Sangat Berharga | |
|
Akankah Anda menyia-nyiakan kebahagian ini?
Indahnya hidup bersama keluarga dengan kesehatan bagi seluruh
anggota keluarga. Dipicu dari diri sendiri sebagai penopang keluarga,
akan sangat berarti untuk keluarga.
Sangat sayang kalau semuanya ini tidak dirawat dengan baik. Begitu
juga kesehatan luar dan dalam kewanitaan, sangatlah penting. Disamping
untuk menjaga kesehatan diri sendiri juga membantu keharmonisan hubungan
dengan suami tercinta. Hubungan intim dengan suami jangan menjadi
masalah dengan kehadiran anak, jaga vitalitas dan otot vagina sehingga
hubungan Anda dengan suami tetap romantis
|
Beralih ke Herbal |
|
Kamis, 06 Oktober 2011
A. Makna Partisipatif
merupakan metode atau cara perencanaan yang melibatkan serta memfungsikan kelembagaan masyarakat secara nyata di dalam menyusun perencanaan pembangunan. Dengan cara ini diharapkan masyarakat mau dan mampu melaksanakan, memelihara, dan menindak-lanjuti hasil-hasil pembangunan.
Diharapkan dengan menggunakan dan melaksanakan metode partisipatif ini dapat mengidentifikasi semua permasalahan dan potensi yang ada di suatu wilayah, Serta dapat diperoleh suatu gambaran umum wilayah tersebut dan aspek-aspek kehidupan masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus dalam melaksanakan pembangunan di desa.
Sebagai suatu tujuan, partisipasi akan menghasilkan pemberdayaan, yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya. Dengan demikian partisipasi merupakan alat dalam memajukan ideologi atau tujuan-tujuan pembangunan yang normatif, seperti keadilan sosial, persamaan hak, dan demokrasi. Oleh karena itu sebagai alternatifnya, partisipasi ditafsirkan sebagai alat untuk mencapai efisiensi dalam manajemen proyek, atau sebagai alat dalam melaksanakan kebijakankebijakan.
Sebagai implikasinya, partisipasi menyangkut pula strategi manajemen, yang dapat digunakan oleh negara dalam mencoba untuk memobilisasi sumber daya-sumber daya yang dimilikinya.
Sementara munculnya P.R.A. antara lain dilatarbelakangi oleh kritik para aktivis pengembangan dan pemberdayaan masyarakat terhadap penelitian ‘klasik’ yang lebih banyak memposisikan masyarakat sekedar sebagai obyek penelitian. Penelitian dalam P.R.A. tidak hanya entitas yang berdiri sendiri, melainkan ditanggapi sebagai bagian yang integral dalam proses keseluruhannya. Cakupan P.R.A. bukan hanya terdiri dari riset, melainkan juga perencanaan (partisipatif), monitoring, dan evaluasi.
B. Ciri Khusus Evaluasi dengan metode Partisipatif
Ciri khusus perencanaan partisipatif dapat dilihat dari adanya peran serta masyarakat dalam proses pembangunan desa. Adapun ciri-ciri perencanaan partisipatif antara lain sebagai berikut :
Adanya hubungan yang erat antara masyarakat dengan kelembagaan secara terus-menerus.
Masyarakat atau kelompok masyarakat diberi kesempatan untuk menyatakan permasalahan yang dihadapi dan gagasan-gagasan sebagai masukan berharga.
Proses berlangsungnya berdasarkan kemampuan warga masyarakat itu sendiri.
Warga masyarakat berperan penting dalam setiap keputusan.
Warga masyarakat mendapat manfaat dari hasil pelaksanaan perencanaan.
C. Teknik Evaluasi Perencanaan dengan PRA (Participatory Rural Appraisal)
Lahirnya metode partisipasi masyarakat dalam pembangunan dikarenakan adanya kritik bahwa masyarakat diperlakukan sebagai obyek, bukan subyek. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan perkembangan dari metode-metode terdahulu, diantaranya RRA (Rapid Rural Appraisal) oleh Chambers (1992).
Pengertian
Evaluasi adalah penilaian yang diperlukan untuk menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan atau usaha untuk mengetahui seberapa jauh suatu kebijakan/ program/ proyek memberikan manfaat
Appraisal adalah evaluation research. Yaitu untuk menilai konsep dan design suatu kebijakan/program/proyek yang akan dilaksanakan.
Teknik evalausai ini digunakan sebgai alat penguji proposal suatu kebijakan/ program/ proyek sebelum disetujui dan dijalankan. Jadi evaluasi yang ilakaukan sebelum kebijakan itu dijalankan.
Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan (PRA) adalah pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata. Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti dalam proses pembangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak hanya sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam perencanaa, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil pembangunan. Metode dan pendekatan yang tampaknya sesuai dengan tuntutan paradigma itu adalah metode dan pendekatan yang partisipatif.
Slamet (2003 : 11) menegaskan bahwa usaha pembangunan pedesaan melalui proses perencanaan partisipasi perlu didekati dengan berbagai cara yaitu : (1) penggalian potensi-potensi dapat dibagung oleh masyarakat setempat, (2) pembinaan teknologi tepat guna yang meliputi penciptaan, pengembangan, penyebaran sampai digunakannya teknologi itu oleh masyarakat pedesaan, (3) pembinaan organisasi usaha atau unit pelaksana yang melaksanakan penerapan berbagai teknologi tepat guna untuk mencapai tujuan pembangunan, (4) pembinaan organisasi pembina/pendukung, yang menyambungkan usaha pembangunan yang dilakukan oleh individu-individu warga masyarakat pedesaan dengan lembaga lain atau dengan tingkat yang lebih tinggi (kota, kecamatan, kabupaten, propinsi, nasional), (5) pembinaan kebijakan pendukung, yaitu yang mencakup input, biaya kredit, pasaran, dan lain-lain yang memberi iklim yang serasi untuk pembangunan.
Perencanaan partisipasi harus dilakukan dengan usaha :
perencanaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata (felt need),
dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban (response),
dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah laku (behavior).
Dalam perencanaan yang partisipatif (participatory planning), masyarakat dianggap sebagai mitra dalam perencanaan yang turut berperan serta secara aktif baik dalam hal penyusunan maupun implementasi rencana, karena walau bagaimanapun masyarakat merupakan stakeholder terbesar dalam penyusunan sebuah produk rencana dan kebijakan.
Mengapa PRA
Adanya kritik terhadap pendekatan Pembangunan yang “ top down “ – selama ini program peembangunan masyarakat lebih banyak direncanakan oleh lembaga penyelenggara program tanpa melibatkan secara langsung warga masyarakat yang menjadi sasaran
Munculnya Pemikiran tentang Pendekatan Partisipatif, Beragam pemikiran tentang pendekatan pengembangan program yang lebih Partisipatif., Apabila masyarakat dapat dilibatkan secara berarti dalam keseluruhan proses program, selain program itu menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan rasa kepemilikan warga masyarakat terhadap program lebih tinggi.
PRA sebagai pendekatan Alternatif, Kebutuhan adanya metode kajian keadaan masyarakat yang mudah dilakukan untuk pengembangan programn yang benar benar menjawab kebutuhan masyarakat setempat, Kebutuhan adanya pendekatan program pembangunan yang ebrsifat kemanusiaan dan berkelanjutan.
Manfaat dan Tujuan
Tujuan Praktis adalah menyelenggarakan kegiatan bersama masyarakat untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan praktis dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, sekaligus sebagai sarana proses belajar tersebut.
Manfaat Peningkatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Karena pembangunan itu nantinya diperuntukan bagi masyarakat itu sendiri.
Prinsip PRA
1. Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat
Prinsip dasar PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti bahwa PRA dibangun dari pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuian tradisional dan kemampuan masyarakat untuk memecahkan persoalannya sendiri.
2. Keterlibatan semua anggota kelompok, menghargai perbedaan dan informal
Masyarakat bukan kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang mempunyai masalah dan kepentingan sendiri. Kegiatan PRA dilaksanakan dalam suasana yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan informal.
3. Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku
Konsekuensi dari prinsip pertama, peran orang luar hanyasebagai fasilitator, bukan sebagai pelaku, guru, penyuluh, instruktur, dll.
4. Konsep triangulasi
Untuk bisa mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck). Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber informasi (latar belakang golongan masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
5. Optimalisasi hasil
kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan yang berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup.
6 Berorientasi praktis
Orientasi PRA adalah pemecahan masalah dan pengembangan program. Dengan demikian dibutuhkan penggalian informasi yang tepat dan benar agar perkiraan yang tepat akan lebih baik daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau lebih baik mencapai perkiraan yang hamper salah daripada kesimpulan yang hampir benar.
7. Keberlanjutan program
Pengenalan masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut. Bagaimanapun juga program yang mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang digerakkan dari potensi masyarakat.
8. Mengutamakan yang terabaikan
Prinsip ini dimaksudkan agar masyarakat yang terabaikan dapat memperoleh kesempatan untuk berperan dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan. dengan mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya dapat meningkat.
9. Pemberdayaan (Penguatan) masyarakat
Kemampuan masyarakat ditingkatkan melalui proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan, penentuan kebijakan, peilaian dan koreksi terhadap kegiatan yang dilakukan.
10. Santai dan informal
Penyelenggaraan kegiatan PRA bersifat luwes, tidak memaksa, dan informal sehingga antara orang luar dan masyarakat setempat terjalin hubungan yang akarab, orang luar akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat.
BUDIDAYA PADI IR-66
Budidaya Padi IR-66
Secara umum budidaya padi varietas IR-66 sama dengan budidaya padi sawah/padi gogo rancha secara umum, karena padi varietas IR-66 cocok ditanam di lahan sawah beririgasi dan di lahan kering berupa padi gogo ranca.
Secara umum budidaya padi varietas IR-66 sama dengan budidaya padi sawah/padi gogo rancha secara umum, karena padi varietas IR-66 cocok ditanam di lahan sawah beririgasi dan di lahan kering berupa padi gogo ranca.
Lahan yang akan ditanam dengan padi varietas IR-66 tentunya dipersiapkan sebaik mungkin, karena varietas IR-66 dapat ditanam di daerah sawah berpengairan irigasi ataupun lahan kering berupa padi gogo ranca maka dalam mempersiapkan dan mengolah tanahnya harus memperhatikan apakah varietas IR-66 tersebut akan ditanam di lahan sawah beririgasi atau di lahan kering.
Jika lahan yang akan diusahakan padi varietas IR-66 adalah lahan sawah berpengairan irigasi, maka pengolahannya tentunya dilakukan dua kali; pertama pengolahan tanah secara kasar/membalikkan tanah yang mana terlebih dahulu air yang ada di lahan sawah dikeringkan sehingga pengolahan tanah secara kasar ini dapat dilakukan dengan baik.
Pengolahan tanah dapat menggunakan cangkul, bajak sapi ataupun hand traktor untuk lahan yang luas. Setelah dilakukakan pembalikan tanah/pengolahan tanah kasar sebaiknya tanah yang telah diolah itu dibiarakan dulu sehingga proses penguraian unsur fisik dan hara serta hama penyakit yang ada pada tanah dapat terurai oleh panasnya matahari. Selanjutnya dilakukan pengolahan tanah tahap kedua dengan jalan menghancurkan dan meratakan tanah yang dibalik pada tahap pertama, tujuan dari pengolahan tahap kedua ini untuk meratakan dan memperbaiki struktur tanah.
Selanjutnya jika tanah yang diusahakan untuk pertanaman padi varietas IR-66 adalah lahan kering (padi gogo rancha) maka pengolahan tanah pada prinsipnya dilakukan dua kali juga yaitu; pertama pembalikan tanah/pengolahan tanah kasar dan pengolahan kedua pengerataan dan penghalusan. Hanya pada pengolahan tanah lahan kering mulai dilakukan pengolahan tanah pertama diupayakan pada awal musim hujan maksudnya supaya pada pembalikan tanah/pengolahan tanah kasar telah terdapat air yang butuhkan untuk pengolahan tersebut. Selanjutnya pada pengolahan tanah kedua diharapkan air hujan sudah lebih banyak tersedia/turun.
Pada waktu pengolahan tanah pertama dilakukan juga pengolahan tanah untuk pembibitan/persemaian benih, adapun luas persemaian bibit seluas lebih kurang 4% dari luas lahan yang akan ditanami padi tersebut, misalnya luas lahan sawah yang akan ditanam padi varietas IR-66 seluas 1ha maka luas persemaian benih padi lebih kurang seluas 400 meter2 . Benih padi varietas IR-66 diusahakan yang berasal dari benih yang bersertifikat label biru sehingga kualitas dan daya tumbuhnya terjamin.
Sebelum benih disemaikan terlebih dahulu benih dimasukkan kedalam air garam (30g garam dapur dimasukkan dalam satu liter air, penambahan air dan garam disesuaikan dengan perhitungan tersebut, contoh bila air dimasukkan dalam ember 10 liter maka garam dimasukkan sebanyak 300g. Selanjutnya benih dimasukkan dalam air yang telah bercampur garam, bila ada benih yang mengapung maka benih padi tersebut dibuang dan benih yang tenggelam dijadikan sebagai benih yang akan ditebar.
Tempat persemaian benih sebaiknya ditebari dengan pupuk kandang 2kg/m2 agar pada saat pencabutan kelak menjadi lebih mudah. Benih ditebar secara merata dan tidak saling menindih di tempat persemaian dengan bedeng ukuran panjang 10 m-20 m, lebar 1,0 m – 1,2 m, tinggi bedengan 5 cm – 10 cm dari pemukaan tanah. Tanaman dipindah ke persawahan/ke lahan padi gogo sebaiknya pada umur muda (10 hari setelah sebar – 21 hari setelah sebar) agar anakannya menjadi optimal.
Cara menanam bisa dengan cara tanam tegal atau cara tanam legowo dengan jarak tanam; tegal 20 cm x 20 cm atau 22 cm x 22 cm sedangkan legowo 10 cm x 20 cm atau 12,5 cm x 25 cm. Berdasarkan pengalaman di lapangan di Jawa Barat, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan cara tanam legowo mendapatkan peningkatan hasil gabah lebih besar 6% -26,6% dibanding cara tanam tegal.
Pada umumnya bibit padi yang ditanam di lahan usahatani padi ada yang layu/mati atau kurang baik pertumbuhannya maka agar diperoleh populasi tanaman yang optimal yang diinginkan untuk mendapatkan produksi yang tinggi maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan dilakukannya penyulaman sebanyak satu kali yaitu lebih kurang satu minggu setelah dilakukan penanaman. Adapun bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah sisa bibit yang masih ada dipersemaian.
Pemupukan dilakukan untuk mendapatkan produksi padi yang optimal, setiap lahan usahatani membutuhkan pupuk yang berbeda-beda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya hal ini dikarenakan kesuburan tanah yang satu dengan yang lainnya juga berbeda-beda. Sebaiknya sebelum melakukan pemupukan dilakukan pengujian hara tanah sawah atau pengujian hara tanah kering dengan jalan ini akan diketahui kebutuhan pupuk yang perlu ditambah sehingga diperoleh kebutuhan yang maksimum untuk padi tersebut.
Secara umum pemberian pupuk pada umur tanaman 7-10 hari setelah tanam diberikan urea sebanyak 75 kg, SP-36 sebanyak 100 kg dan KCL 50 kg untuk setiap hektar. Pupuk urea perlu diberikan sebanyak 3 kali, agar pemberian pupuk N menjadi lebih efesien terserap oleh tanaman padi. Bila diperlukan diberi tambahan urea sebanyak 50 kg/ha pada tanaman saat 105 berbunga. Sedangkan pemberian pupuk KCL dilakukan 2 kali agar proses pengisian gabah menjadi lebih baik bila dibandingkan hanya pemberian sekaligus. Diharapkan dalam pemupukan ini menggunakan pupuk yang berimbang antara pupuk anorganik dengan pupuk organik (kompos atau pupuk kandang).
Secara umum tanaman padi memerlukan banyak hara N bila dibandingkan hara P ataupun K, karena hara N berfungsi sebagai sumber tenaga dan kekuatan untuk pertumbuhan tanaman, pembentukan anakan, bahan klorofil untuk proses asimilasi yang pada akhirnya memproduksi pati untuk pertumbuhan dan pembentukan gabah. Jadi jika tanaman padi kekurangan unsur N maka produksi padi yang diperoleh akan rendah juga. Sedangkan hara P berfungsi sebagai sumber tenaga untuk memenuhi kualitas hidup tanaman seperti keserempakan tumbuh, masak bersama dan kekuatan berdirinya batang tanaman.
Penyiangan untuk lahan persawahan pada umumnya lebih mudah dibanding lahan kering karena pada lahan sawah waktu pengolahan tanah kedua rumput sudah dibenamkan dan pertumbuhan padi pada lahan sawah lebih cepat. Pertanaman padi diusahakan bebas dari tumbuhan rumput liar atau gulma untuk itulah perlu dilakukan upaya penyiangan. Penyiangan sebaiknya dilakukan 2 kali yaitu pertama pada umur tanaman 3 minggu dan penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman padi berumur 5 minggu.
Pada saat penyiangan itu perlu dilakukan penggemburan tanah di sekitar larikan/barisan tanaman padi dan diupayakan jangan sampai melukai akar tanaman padi. Tujuan dari penyiangan padi saat umur 3 minggu dan 5 minggu adalah supaya tidak menganggu pembentukan malai pada saat penyiangan, selain itu setelah penyiangan itu maka rumpun dan daun padi sudah lebat sehingga pertumbuhan rumput pengganggu sudah terhambat.
Sebaiknya pada saat penyiangan dilakukan rumput atau gulma yang dicabut dibenamkan ke dalam tanah sehingga gulma tersebut menjadi pupuk organik yang dapat menjadi unsur hara pada tanaman musim berikutnya.
Senin, 03 Oktober 2011
win-win solution
Win-Win Solutions (latansa tani yezzz)
Gathering: A Time When I Won
In a go-round, ask students to complete this sentence: “A time when I feel as if I win is…” or “A time when I felt like I won was… .” Provide some examples, such as winning a game, attaining a goal, etc. You might begin with your
own example.
Agenda Check
How do you feel when you win? Because this is such a good feeling, we often try to “win” at many things, such as when we get into disagreements with others. Today, we’re going to look at a conflict, or disagreement, and possible endings for this conflict, one of which is for both people to have the feeling of winning. You will then have the opportunity to create a chart, or grid, of possible outcomes of the conflict that you see. During the Debriefing we will reflect on how to think about the win-win concept and share personal situations in the Closing.
Activity: Role-Play
(Note: You will need to select students beforehand and coach them to present a
role-play for the class.)
1. Role-play the following situation with another adult, with a student, or have two students prepare it beforehand. Freeze the action when the
argument is heating up.
Scenario: Kim is a third-grade student. She has been having trouble in math, and tomorrow there is a big test. While she is in the living room studying for this test and trying to work out some problems, her little brother, Marshall, comes in from school. Marshall, who is in the first grade, has had a hard day at school, so he wants to have some fun and relax. He turns on some music and begins to sing and dance around. Kim wants quiet, and the music is disturbing her. They argue.
2. Ask the following:
• What’s going on?
• What is Kim feeling? What is Marshall feeling?
• What are Kim’s needs? What are Marshall’s needs? It is important to discuss needs, because a good resolution depends on satisfying the needs of both children.
Activity: Win-Win Grid
1. Show the following grid of ways the conflict could come out. Boxes on the grid represent different types of solution to the conflict.
2. Divide students into small groups. Give each group a grid handout (page X) and ask the groups to come up with possible endings to fit in the grid, using the handout. They may have multiple solutions for each box. In order to complete the win-win section, both people must be able to have their needs met.
3. After students have had sufficient time to complete their handouts, use their responses to fill in the blank grid on the board or chart paper. Begin with the win-lose, lose-win boxes, then complete the lose-lose box, and fill in the win-win one last.
Debriefing
• What types of solutions were easiest to come up with?
• Which were the hardest?
• What would be necessary to accomplish the win-win solutions?
Discuss the importance of being able to listen to one another in order to hear the needs of the other person. If both people get angry and can’t listen, it’s hard to get to a win-win solution. If each person can be calm and listen to the other, it’s easier to brainstorm ideas to get to a win-win solution.
Closing: This Skill Would Be Useful With…
Have students answer this question popcorn style: Is there anyone in
your life with whom you’d like to get to more win-win solutions? Give
examples, such as brothers or sisters.
Extensions and Infusion Ideas
Teachable Moments
This is a conflict solving process that can be a useful tool for students to learn. It enables students to create numerous possible solutions to a conflict, rather than getting stuck demanding their first solution. A helpful way to introduce this tool is to demonstrate it with a current situation that the class needs to resolve. Displaying a chart with the following steps can be a reminder to
students to use the process when they encounter conflicts.
This format can help students remember a way to get to win-win solutions.
A. Ask, “What’s the problem?”
This step is meant to help people in a conflict focus on the
problem instead of each other.
B. Brainstorm some solutions.
Brainstorming is letting our minds think of as many different ideas
as possible to help solve a problem. Some ideas may be better than
others, but we want to create as many as possible without judging
at first whether it is a good idea or not.
C. Choose the best solution.
Discuss the benefits and drawbacks of each of the proposed solutions. Come to a consensus about which solution would be best.
D. Do it.
Once people have agreed on the best solution, then they need to try it.
Curriculum Areas
Give students practice analyzing conflicts by using situations from stories the class is reading, situations in the newspaper, actual incidents in the classroom, or situations you think up. Present the conflicts to the class (puppets can be used) and have the class try to arrive at win-win solutions.
Connecting to Literature
Herb, the Vegetarian Dragon, by Jules Bass
(New York: Barefoot Books,1999) Gr. K-3
Summary: Because of Herb, the people in the kingdom and the dragons agree to live in peace.
1. Describe the agreement made by the dragons and the people. Is this a
win-win solution? Explain.
2. Meathook offered to help Herb escape if Herb would eat meat. Was this a necessary request? Why or why not?
3. Meathook said, “You can’t be different in the dragon world and survive.”
a. What does this mean?
b. Why is Meathook so afraid of Herb’s being different?
c. How does fear keep people apart?
4. What happens when you do something different from what your
friends do?
Hooray for the Dandelion Warriors!, by Bill Cosby
(New York: Scholastic, Inc., 1999) Gr. K-3
Summary: When Simone can play second base as well as Little Bill, he learns a lesson about being a real team. The team finds a win-win solution when they choose a name.
1. Would it have been fair for Little Bill to have kept his position at second base? Explain your answer.
2. Role-play the boys and girls using the ABCD Method (see page 51) to choose a name for their team.
3. What lesson did Little Bill learn about being a team player?
4. What is important when you play on a team?
Six Crows, by Leo Lionni
(New York: Knopf, 1988) Gr. 1-4
Summary: A war erupts between a group of crows and a farmer who tries to scare them away with a scarecrow.
1. Role- play the Farmer and Crows. Review the ABCD method:
a. Ask: What is their problem?
b. Brainstorm some solutions.
c. Choose your favorite solution.
d. Do it: Tell how they would carry out the solution.
Gathering: A Time When I Won
In a go-round, ask students to complete this sentence: “A time when I feel as if I win is…” or “A time when I felt like I won was… .” Provide some examples, such as winning a game, attaining a goal, etc. You might begin with your
own example.
Agenda Check
How do you feel when you win? Because this is such a good feeling, we often try to “win” at many things, such as when we get into disagreements with others. Today, we’re going to look at a conflict, or disagreement, and possible endings for this conflict, one of which is for both people to have the feeling of winning. You will then have the opportunity to create a chart, or grid, of possible outcomes of the conflict that you see. During the Debriefing we will reflect on how to think about the win-win concept and share personal situations in the Closing.
Activity: Role-Play
(Note: You will need to select students beforehand and coach them to present a
role-play for the class.)
1. Role-play the following situation with another adult, with a student, or have two students prepare it beforehand. Freeze the action when the
argument is heating up.
Scenario: Kim is a third-grade student. She has been having trouble in math, and tomorrow there is a big test. While she is in the living room studying for this test and trying to work out some problems, her little brother, Marshall, comes in from school. Marshall, who is in the first grade, has had a hard day at school, so he wants to have some fun and relax. He turns on some music and begins to sing and dance around. Kim wants quiet, and the music is disturbing her. They argue.
2. Ask the following:
• What’s going on?
• What is Kim feeling? What is Marshall feeling?
• What are Kim’s needs? What are Marshall’s needs? It is important to discuss needs, because a good resolution depends on satisfying the needs of both children.
Activity: Win-Win Grid
1. Show the following grid of ways the conflict could come out. Boxes on the grid represent different types of solution to the conflict.
2. Divide students into small groups. Give each group a grid handout (page X) and ask the groups to come up with possible endings to fit in the grid, using the handout. They may have multiple solutions for each box. In order to complete the win-win section, both people must be able to have their needs met.
3. After students have had sufficient time to complete their handouts, use their responses to fill in the blank grid on the board or chart paper. Begin with the win-lose, lose-win boxes, then complete the lose-lose box, and fill in the win-win one last.
Debriefing
• What types of solutions were easiest to come up with?
• Which were the hardest?
• What would be necessary to accomplish the win-win solutions?
Discuss the importance of being able to listen to one another in order to hear the needs of the other person. If both people get angry and can’t listen, it’s hard to get to a win-win solution. If each person can be calm and listen to the other, it’s easier to brainstorm ideas to get to a win-win solution.
Closing: This Skill Would Be Useful With…
Have students answer this question popcorn style: Is there anyone in
your life with whom you’d like to get to more win-win solutions? Give
examples, such as brothers or sisters.
Extensions and Infusion Ideas
Teachable Moments
When conflicts arise in the class, use the vocabulary of win-lose, lose-lose, and win-win to discuss possible resolutions. Encourage students to stay calm so that they can brainstorm possible solutions both students can feel good about.
ABCD Problem SolvingThis is a conflict solving process that can be a useful tool for students to learn. It enables students to create numerous possible solutions to a conflict, rather than getting stuck demanding their first solution. A helpful way to introduce this tool is to demonstrate it with a current situation that the class needs to resolve. Displaying a chart with the following steps can be a reminder to
students to use the process when they encounter conflicts.
This format can help students remember a way to get to win-win solutions.
A. Ask, “What’s the problem?”
This step is meant to help people in a conflict focus on the
problem instead of each other.
B. Brainstorm some solutions.
Brainstorming is letting our minds think of as many different ideas
as possible to help solve a problem. Some ideas may be better than
others, but we want to create as many as possible without judging
at first whether it is a good idea or not.
C. Choose the best solution.
Discuss the benefits and drawbacks of each of the proposed solutions. Come to a consensus about which solution would be best.
D. Do it.
Once people have agreed on the best solution, then they need to try it.
Curriculum Areas
Give students practice analyzing conflicts by using situations from stories the class is reading, situations in the newspaper, actual incidents in the classroom, or situations you think up. Present the conflicts to the class (puppets can be used) and have the class try to arrive at win-win solutions.
Connecting to Literature
Herb, the Vegetarian Dragon, by Jules Bass
(New York: Barefoot Books,1999) Gr. K-3
Summary: Because of Herb, the people in the kingdom and the dragons agree to live in peace.
1. Describe the agreement made by the dragons and the people. Is this a
win-win solution? Explain.
2. Meathook offered to help Herb escape if Herb would eat meat. Was this a necessary request? Why or why not?
3. Meathook said, “You can’t be different in the dragon world and survive.”
a. What does this mean?
b. Why is Meathook so afraid of Herb’s being different?
c. How does fear keep people apart?
4. What happens when you do something different from what your
friends do?
Hooray for the Dandelion Warriors!, by Bill Cosby
(New York: Scholastic, Inc., 1999) Gr. K-3
Summary: When Simone can play second base as well as Little Bill, he learns a lesson about being a real team. The team finds a win-win solution when they choose a name.
1. Would it have been fair for Little Bill to have kept his position at second base? Explain your answer.
2. Role-play the boys and girls using the ABCD Method (see page 51) to choose a name for their team.
3. What lesson did Little Bill learn about being a team player?
4. What is important when you play on a team?
Six Crows, by Leo Lionni
(New York: Knopf, 1988) Gr. 1-4
Summary: A war erupts between a group of crows and a farmer who tries to scare them away with a scarecrow.
1. Role- play the Farmer and Crows. Review the ABCD method:
a. Ask: What is their problem?
b. Brainstorm some solutions.
c. Choose your favorite solution.
d. Do it: Tell how they would carry out the solution.
how about agresive/positive
Dari dulu saya memiliki sifat,
yang menurut teman-teman saya, sangat jelek. Saya sangat sulit untuk
mengatakan "tidak" bila diminta untuk melakukan sesuatu oleh teman-teman
saya.
"Kamu tahu, kamu akan terus dimanfaatkan kalau kamu begitu terus"
"Aku nggak enak, aku sungkan nolak, khan cuma begitu aja koq"
Itulah salah satu pembicaraan saya dengan teman saya waktu dia ngomel pada saya. Pembicaraan seperti itu sudah sering terjadi, sudah bosan rasanya, malas untuk berdebat.
Saya dulu pernah punya teman yang lumayan akrab. Mungkin karena akrabnya sehingga dia melakukan sesuatu pada saya dengan seenaknya sendiri. Tidak jarang dia meminjam barang-barang saya dan tidak pernah dikembalikan lagi. Saya tidak pernah memintanya kembali, nggak enak, sungkan, merasa hanya barang gitu aja koq. Dulu saya berprinsip bahwa harta benda tidak dapat menggantikan sosok seorang sahabat (walaupun akhirnya dia menghianati saya).
Waktu SMA, saya pernah pergi makan bakso dengan teman-teman di kepanjen, depan SMA Frateran. Waktu itu saya memesan bakso nggak pakai tahu [ waktu itu saya tidak suka tahu, kalau sekarang sih apa-pun ludes lho... :-D ], tapi mungkin yang jual salah dengar sehingga dia malah kasih tahunya dobel, dan jatah bakwan-nya berkurang dong :-( Teman-teman saya nyuruh saya komplain, maklumlah waktu jamannya SMA dompet kita memang kering, bokek, belum bekerja, uang makan bakso-pun pas-pasan. Tapi saya sungkan untuk komplain, merasa nggak enak. Setelah melihat dompet, mencari-cari, mengumpulkan dan menghitung uang recehan di saku, wah cukup deh. Akhirnya saya memberikan tahu-tahu tersebut kepada teman-teman saya, dan memakan bakso yang jatah bakwan-nya sudah berkurang.
Itulah sekelumit cerita nostalgia waktu SMA :)
Dan begitulah sifat saya dari dulu, tapi pada saat lagi nggak mood, lagi kepepet, lagi emosi, merasa itu adalah hal yang besar, merasa tidak bersalah, siapun akan saya labrak, sampai mampus-pun akan saya lawan.
Mungkin benar kata Sun Tzu, "Bila musuh sudah kepepet, jangan didesak terus, dia akan melawan mati-matian, akan melawan sampai titik darah penghabisan. Orang yang berani mati akan sulit dilawan, malah mungkin akan membinasakan kita, mereka akan menang walaupun dengan prajurit yang sedikit. Berikan satu jalan keluar, biarkan mereka lari, bila dia sudah pergi, babatlah dari belakang". Ada juga pepatah yang mengatakan, "Biasanya kreativitas akan muncul pada saat kepepet" :) Ingat nggak, waktu kita kuliah, pada saat ada tugas atau besoknya mau ujian, kreativitas kita biasanya muncul, baik kreativitas yang briliant maupun kreativitas yang jelek, seperti "njiplak" tugas teman, buat "krepek"-an, dll. :-D
Eh, koq sampai ngelantur :)
Saya teruskan ya....
Beberapa bulan yang lalu, waktu saya kuliah di magister psikologi pada mata kuliah Konsep bimbingan konseling, dosen saya menerangkan tentang karakter agresif, permisif dan asertif. Dan diperkuat lagi oleh salah satu dosen di magister manajemen pada mata kuliah perilaku organisasi. Mereka menerangkan hal yang sama, cuma pada manajemen namanya agak berbeda, tapi mempunyai kesamaan arti. Di Psikologi memakai nama agresif, permisif dan asertif, sedangkan di manajemen memakai nama agresif, pasif dan asertif.
Apakah agresif, permisif/pasif dan asertif itu?
Sikap agresif adalah sikap membela diri sendiri dengan cara melanggar hak orang lain. Perilaku agresif sering bersifat menghukum, kasar, menyalahkan, atau menuntut. Hal ini termasuk mengancam, melakukan kontak fisik, berkata-kata kasar, komentar menyakitkan dan juga menjelek-jelekkan orang lain di belakang.
Sikap permisif/pasif adalah sifat yang tidak berani mengemukakan keinginan dan pendapat sendiri, tidak ingin terjadi konflik karena takut akan tidak disukai atau menyakiti perasaan orang lain. Misalnya, di hari Minggu pagi pacar anda menawarkan: mau main tenis atau berenang. Sebetulnya anda ingin berenang, tetapi karena anda seorang yang permisif/pasif, anda bilang terserah. Akhirnya dia yang memutuskan untuk main tenis aja. Begitu setiap hari Minggu, sampai lama-lama dia pikir anda memang hobi main tenis seperti dia. Padahal yang terjadi sebetulnya anda sangat tersiksa karena tenis membuat lutut dan punggung anda terasa amat sakit.
Sikap asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan kita secara jujur dan wajar. Kemampuan untuk bersikap asertif ini sangat penting dimiliki sejak dini, karena hal ini akan membantu kita untuk bersikap tepat menghadapi situasi di mana hak-hak kita dilanggar.
Kalau disimpulkan:
Agresif:
- Konflik dengan orang lain
- Melanggar hak orang lain
Permisif/Pasif:
- Konflik dengan diri sendiri
- Melanggar hak dirinya sendiri
Asertif:
- Tidak konflik dengan diri sendiri dan orang lain
- Tidak melanggar hak diri sendiri dan orang lain
Salah satu alasan orang melakukan permisif/pasif adalah karena takut / malas / tidak mau terjadi konflik. Lalu apakah konflik itu? Apakah konflik adalah sesuatu yang negatif? Sekarang tidak jarang kita melihat perusahaan-perusahaan dengan sengaja menciptakan konflik didalam perusahaannya untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan-karyawannya (manajemen konflik). Konflik bisa positif bila kita dapat mengatur / me-manage konflik itu sendiri.
Menurut Kurt Lewin, konflik adalah suatu keadaan dimana ada daya-daya yang saling bertentangan arah, tetapi dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama. Ada 3 macam konflik:
"Kamu tahu, kamu akan terus dimanfaatkan kalau kamu begitu terus"
"Aku nggak enak, aku sungkan nolak, khan cuma begitu aja koq"
Itulah salah satu pembicaraan saya dengan teman saya waktu dia ngomel pada saya. Pembicaraan seperti itu sudah sering terjadi, sudah bosan rasanya, malas untuk berdebat.
Saya dulu pernah punya teman yang lumayan akrab. Mungkin karena akrabnya sehingga dia melakukan sesuatu pada saya dengan seenaknya sendiri. Tidak jarang dia meminjam barang-barang saya dan tidak pernah dikembalikan lagi. Saya tidak pernah memintanya kembali, nggak enak, sungkan, merasa hanya barang gitu aja koq. Dulu saya berprinsip bahwa harta benda tidak dapat menggantikan sosok seorang sahabat (walaupun akhirnya dia menghianati saya).
Waktu SMA, saya pernah pergi makan bakso dengan teman-teman di kepanjen, depan SMA Frateran. Waktu itu saya memesan bakso nggak pakai tahu [ waktu itu saya tidak suka tahu, kalau sekarang sih apa-pun ludes lho... :-D ], tapi mungkin yang jual salah dengar sehingga dia malah kasih tahunya dobel, dan jatah bakwan-nya berkurang dong :-( Teman-teman saya nyuruh saya komplain, maklumlah waktu jamannya SMA dompet kita memang kering, bokek, belum bekerja, uang makan bakso-pun pas-pasan. Tapi saya sungkan untuk komplain, merasa nggak enak. Setelah melihat dompet, mencari-cari, mengumpulkan dan menghitung uang recehan di saku, wah cukup deh. Akhirnya saya memberikan tahu-tahu tersebut kepada teman-teman saya, dan memakan bakso yang jatah bakwan-nya sudah berkurang.
Itulah sekelumit cerita nostalgia waktu SMA :)
Dan begitulah sifat saya dari dulu, tapi pada saat lagi nggak mood, lagi kepepet, lagi emosi, merasa itu adalah hal yang besar, merasa tidak bersalah, siapun akan saya labrak, sampai mampus-pun akan saya lawan.
Mungkin benar kata Sun Tzu, "Bila musuh sudah kepepet, jangan didesak terus, dia akan melawan mati-matian, akan melawan sampai titik darah penghabisan. Orang yang berani mati akan sulit dilawan, malah mungkin akan membinasakan kita, mereka akan menang walaupun dengan prajurit yang sedikit. Berikan satu jalan keluar, biarkan mereka lari, bila dia sudah pergi, babatlah dari belakang". Ada juga pepatah yang mengatakan, "Biasanya kreativitas akan muncul pada saat kepepet" :) Ingat nggak, waktu kita kuliah, pada saat ada tugas atau besoknya mau ujian, kreativitas kita biasanya muncul, baik kreativitas yang briliant maupun kreativitas yang jelek, seperti "njiplak" tugas teman, buat "krepek"-an, dll. :-D
Eh, koq sampai ngelantur :)
Saya teruskan ya....
Beberapa bulan yang lalu, waktu saya kuliah di magister psikologi pada mata kuliah Konsep bimbingan konseling, dosen saya menerangkan tentang karakter agresif, permisif dan asertif. Dan diperkuat lagi oleh salah satu dosen di magister manajemen pada mata kuliah perilaku organisasi. Mereka menerangkan hal yang sama, cuma pada manajemen namanya agak berbeda, tapi mempunyai kesamaan arti. Di Psikologi memakai nama agresif, permisif dan asertif, sedangkan di manajemen memakai nama agresif, pasif dan asertif.
Apakah agresif, permisif/pasif dan asertif itu?
Sikap agresif adalah sikap membela diri sendiri dengan cara melanggar hak orang lain. Perilaku agresif sering bersifat menghukum, kasar, menyalahkan, atau menuntut. Hal ini termasuk mengancam, melakukan kontak fisik, berkata-kata kasar, komentar menyakitkan dan juga menjelek-jelekkan orang lain di belakang.
Sikap permisif/pasif adalah sifat yang tidak berani mengemukakan keinginan dan pendapat sendiri, tidak ingin terjadi konflik karena takut akan tidak disukai atau menyakiti perasaan orang lain. Misalnya, di hari Minggu pagi pacar anda menawarkan: mau main tenis atau berenang. Sebetulnya anda ingin berenang, tetapi karena anda seorang yang permisif/pasif, anda bilang terserah. Akhirnya dia yang memutuskan untuk main tenis aja. Begitu setiap hari Minggu, sampai lama-lama dia pikir anda memang hobi main tenis seperti dia. Padahal yang terjadi sebetulnya anda sangat tersiksa karena tenis membuat lutut dan punggung anda terasa amat sakit.
Sikap asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan kita secara jujur dan wajar. Kemampuan untuk bersikap asertif ini sangat penting dimiliki sejak dini, karena hal ini akan membantu kita untuk bersikap tepat menghadapi situasi di mana hak-hak kita dilanggar.
Kalau disimpulkan:
Agresif:
- Konflik dengan orang lain
- Melanggar hak orang lain
Permisif/Pasif:
- Konflik dengan diri sendiri
- Melanggar hak dirinya sendiri
Asertif:
- Tidak konflik dengan diri sendiri dan orang lain
- Tidak melanggar hak diri sendiri dan orang lain
Salah satu alasan orang melakukan permisif/pasif adalah karena takut / malas / tidak mau terjadi konflik. Lalu apakah konflik itu? Apakah konflik adalah sesuatu yang negatif? Sekarang tidak jarang kita melihat perusahaan-perusahaan dengan sengaja menciptakan konflik didalam perusahaannya untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan-karyawannya (manajemen konflik). Konflik bisa positif bila kita dapat mengatur / me-manage konflik itu sendiri.
Menurut Kurt Lewin, konflik adalah suatu keadaan dimana ada daya-daya yang saling bertentangan arah, tetapi dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama. Ada 3 macam konflik:
- Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict). Misalnya: kita diajak nonton pertunjukan sandiwara oleh teman kita "A" dan diajak nonton pertunjukan musik oleh "B" padahal kita sama-sama menyukai sandiwara maupun musik. Terjadi konflik
- Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict). Misalnya: Belajar=tidak menyenangkan, dimarahi orang tua=tidak menyenangkan. Tapi jika tidak belajar akan dimarahi oleh orangtua kita. Terjadi konflik.
- Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict). Misalnya: Ingin membeli baju bagus di toko tapi harganya mahal. Terjadi konflik.
Langganan:
Postingan (Atom)