Entri Populer

Senin, 03 Oktober 2011

how about agresive/positive

Dari dulu saya memiliki sifat, yang menurut teman-teman saya, sangat jelek. Saya sangat sulit untuk mengatakan "tidak" bila diminta untuk melakukan sesuatu oleh teman-teman saya.
"Kamu tahu, kamu akan terus dimanfaatkan kalau kamu begitu terus"
"Aku nggak enak, aku sungkan nolak, khan cuma begitu aja koq"
Itulah salah satu pembicaraan saya dengan teman saya waktu dia ngomel pada saya. Pembicaraan seperti itu sudah sering terjadi, sudah bosan rasanya, malas untuk berdebat.
Saya dulu pernah punya teman yang lumayan akrab. Mungkin karena akrabnya sehingga dia melakukan sesuatu pada saya dengan seenaknya sendiri. Tidak jarang dia meminjam barang-barang saya dan tidak pernah dikembalikan lagi. Saya tidak pernah memintanya kembali, nggak enak, sungkan, merasa hanya barang gitu aja koq. Dulu saya berprinsip bahwa harta benda tidak dapat menggantikan sosok seorang sahabat (walaupun akhirnya dia menghianati saya).
Waktu SMA, saya pernah pergi makan bakso dengan teman-teman di kepanjen, depan SMA Frateran. Waktu itu saya memesan bakso nggak pakai tahu [ waktu itu saya tidak suka tahu, kalau sekarang sih apa-pun ludes lho... :-D ], tapi mungkin yang jual salah dengar sehingga dia malah kasih tahunya dobel, dan jatah bakwan-nya berkurang dong :-( Teman-teman saya nyuruh saya komplain, maklumlah waktu jamannya SMA dompet kita memang kering, bokek, belum bekerja, uang makan bakso-pun pas-pasan. Tapi saya sungkan untuk komplain, merasa nggak enak. Setelah melihat dompet, mencari-cari, mengumpulkan dan menghitung uang recehan di saku, wah cukup deh. Akhirnya saya memberikan tahu-tahu tersebut kepada teman-teman saya, dan memakan bakso yang jatah bakwan-nya sudah berkurang.
Itulah sekelumit cerita nostalgia waktu SMA :)
Dan begitulah sifat saya dari dulu, tapi pada saat lagi nggak mood, lagi kepepet, lagi emosi, merasa itu adalah hal yang besar, merasa tidak bersalah, siapun akan saya labrak, sampai mampus-pun akan saya lawan.
Mungkin benar kata Sun Tzu, "Bila musuh sudah kepepet, jangan didesak terus, dia akan melawan mati-matian, akan melawan sampai titik darah penghabisan. Orang yang berani mati akan sulit dilawan, malah mungkin akan membinasakan kita, mereka akan menang walaupun dengan prajurit yang sedikit. Berikan satu jalan keluar, biarkan mereka lari, bila dia sudah pergi, babatlah dari belakang". Ada juga pepatah yang mengatakan, "Biasanya kreativitas akan muncul pada saat kepepet" :) Ingat nggak, waktu kita kuliah, pada saat ada tugas atau besoknya mau ujian, kreativitas kita biasanya muncul, baik kreativitas yang briliant maupun kreativitas yang jelek, seperti "njiplak" tugas teman, buat "krepek"-an, dll. :-D
Eh, koq sampai ngelantur :)
Saya teruskan ya....
Beberapa bulan yang lalu, waktu saya kuliah di magister psikologi pada mata kuliah Konsep bimbingan konseling, dosen saya menerangkan tentang karakter agresif, permisif dan asertif. Dan diperkuat lagi oleh salah satu dosen di magister manajemen pada mata kuliah perilaku organisasi. Mereka menerangkan hal yang sama, cuma pada manajemen namanya agak berbeda, tapi mempunyai kesamaan arti. Di Psikologi memakai nama agresif, permisif dan asertif, sedangkan di manajemen memakai nama agresif, pasif dan asertif.
Apakah agresif, permisif/pasif dan asertif itu?
Sikap agresif adalah sikap membela diri sendiri dengan cara melanggar hak orang lain. Perilaku agresif sering bersifat menghukum, kasar, menyalahkan, atau menuntut. Hal ini termasuk mengancam, melakukan kontak fisik, berkata-kata kasar, komentar menyakitkan dan juga menjelek-jelekkan orang lain di belakang.
Sikap permisif/pasif adalah sifat yang tidak berani mengemukakan keinginan dan pendapat sendiri, tidak ingin terjadi konflik karena takut akan tidak disukai atau menyakiti perasaan orang lain. Misalnya, di hari Minggu pagi pacar anda menawarkan: mau main tenis atau berenang. Sebetulnya anda ingin berenang, tetapi karena anda seorang yang permisif/pasif, anda bilang terserah. Akhirnya dia yang memutuskan untuk main tenis aja. Begitu setiap hari Minggu, sampai lama-lama dia pikir anda memang hobi main tenis seperti dia. Padahal yang terjadi sebetulnya anda sangat tersiksa karena tenis membuat lutut dan punggung anda terasa amat sakit.
Sikap asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan kita secara jujur dan wajar. Kemampuan untuk bersikap asertif ini sangat penting dimiliki sejak dini, karena hal ini akan membantu kita untuk bersikap tepat menghadapi situasi di mana hak-hak kita dilanggar.
Kalau disimpulkan:
Agresif:
- Konflik dengan orang lain
- Melanggar hak orang lain
Permisif/Pasif:
- Konflik dengan diri sendiri
- Melanggar hak dirinya sendiri
Asertif:
- Tidak konflik dengan diri sendiri dan orang lain
- Tidak melanggar hak diri sendiri dan orang lain
Salah satu alasan orang melakukan permisif/pasif adalah karena takut / malas / tidak mau terjadi konflik. Lalu apakah konflik itu? Apakah konflik adalah sesuatu yang negatif? Sekarang tidak jarang kita melihat perusahaan-perusahaan dengan sengaja menciptakan konflik didalam perusahaannya untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan-karyawannya (manajemen konflik). Konflik bisa positif bila kita dapat mengatur / me-manage konflik itu sendiri.
Menurut Kurt Lewin, konflik adalah suatu keadaan dimana ada daya-daya yang saling bertentangan arah, tetapi dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama. Ada 3 macam konflik:
  1. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict). Misalnya: kita diajak nonton pertunjukan sandiwara oleh teman kita "A" dan diajak nonton pertunjukan musik oleh "B" padahal kita sama-sama menyukai sandiwara maupun musik. Terjadi konflik
  2. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict). Misalnya: Belajar=tidak menyenangkan, dimarahi orang tua=tidak menyenangkan. Tapi jika tidak belajar akan dimarahi oleh orangtua kita. Terjadi konflik.
  3. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict). Misalnya: Ingin membeli baju bagus di toko tapi harganya mahal. Terjadi konflik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar