Entri Populer

Selasa, 23 Agustus 2011

Bisnis Petani Harus dimulai dari Kemampuan Petani Menyediakan Benih Sendiri

SALAM LATANSA TANI....CEN OYEI,,,,
Bisnis Petani Harus dimulai dari Kemampuan Petani Menyediakan Benih Sendiri PDF Cetak Surel

“… bisnis petani harus dimulai dari kemampuan petani-petani dalam menyediakan benihnya sendiri…”
( Pak Hari Suparji, Petani Pemandu Sekolah Lapangan Bisnis Petani) Malam hari, Selasa, 22 Juni 2011, anggota kelompok tani Sekolah Lapangan Binis Petani kembali berkumpul, setelah siang harinya menyelanggarakan Hari Temu Lapangan di Desa Sumberagung. Malam itu mereka berkumpul untuk acara pembubaran panitia Hari Temu Lapangan.
Masih dengan wajah yang kelihatan letih, mereka melaporkan hasil kegiatan siang harinya dan melaporkan pemakaian anggarannya. Selain itu, mereka juga membicarakan pelaksanaan Sekolah Lapangan Kedelai Hitam di Kabupaten Nganjuk   Petani melakukan riset di pasar lokal …yang kemungkinan besar -- saat itu -- akan mengalami dengan kurangnya persediaan benih kedelai hitam.

Menurut pendapat Pak Hari Suparji, sebenarnya problem kekurangan benih itu tidak perlu terjadi, apabila penyediaan benih kedelai hitam tidak bergantung dari bantuan pinjaman koperasi. Petani sebenarnya mampu untuk membuat dan menyeleksi sendiri benih kedelai hitam yang akan ditanamnya. Toh, selama ini benih yang mereka pakai dalam program kemitraan dengan PT Unilever ini juga diambilkan dari petani. Malah kadang-kadang diambilkan dari kabupaten lain. Pendapat Pak Hari tadi didukung oleh Pak Samsuri, bendahara kelompok, yang juga sesepuh kelompok.
Pendapat berbeda dilontarkan oleh Pak Hartono, yang juga petani pemandu Sekolah Lapangan Bisnis Petani bahwa, kalau petani menyediakan benih kedelai hitam sendiri, dikhawatirkan nanti mereka akan bebas menjual ke pasar. Bukan ke PT Unilever. Sementara para petani sudah berkomitmen untuk menjualnya ke perusahaan tersebut.
Dua pendapat berbeda tersebut memiliki alasan kuat. Di satu sisi kebutuhan PT Unilever akan kedelai hitam melalui program kemitraan ini mencapai 1.300 ton. Sehingga diperlukan lebih banyak benih lagi, sementara petani-petani mulai tertarik untuk turut serta menanam pun mulai bertambah banyak. Pada sisi lain, pengalaman sebelumnya menunjukkan adanya ’gangguan’ dari pihak luar terkait iming-iming harga kedelai hitam yang lebih tinggi dari yang ditetapkan pihak PT Unilever dalam program kemitraan ini. Segelintir petani pun kemudian lebih memilih menjual di pasar bebas lewat tengkulak. Kasus petani terbujuk oleh harga lebih tinggi yang ditetapkan tengkulak terjadi di lokasi-lokasi dimana program kemitraan ini terjadi.
Harga kedelai hitam di pasaran memang sering lebih tinggi daripada kedelai kuning karena jumlahnya tidak sebanyak kedelai kuning. Sehingga tidak ada patokan khusus harga kedelai hitam. Pasarnya pun relatif sempit. Satu-satunya konsumen terbesar saat ini adalah PT Unilever. Namun menurut pihak petani, harga patokan kedelai hitam sering berada di bawah atau sama dengan harga kedelai kuning. Memang, dalam kemitraan ini petani mendapat bantuan pinjaman benih unggul varietas Malika yang dikembangkan oleh UGM.
Dalam program kemitraan ini, melalui CSR-nya, pihak Unilever mengembangkan Sekolah Lapangan bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan budidaya kedelai hitam. Tujuannya agar petani mampu menghasilkan kedelai hitam dengan kualitas dan kuantitas yang bagus sesuai standar yang ditetapkannya. Hasil nyata dari Sekolah Lapangan ternyata tidak hanya meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petani dalam berbudidaya kedelai hitam, melainkan juga munculnya pola pikir dan daya kritis petani. Mereka menjadi berani  mengemukakan pendapat.
Menurut ketua koperasi di Kabupaten Nganjuk, yaitu Pak Lulus, bahwa petani yang telah mengikuti sekolah lapangan menjadi lebih kritis dan berani mengemukakan pendapat. Ini membuat pihaknya (koperasi) menjadi lebih enak dan ringan dalam menjalin hubungan kerjasama dengan petani. Segala hal yang berhubungan dengan kemitraan ini bisa dibicarakan dengan terbuka. Pendapat ini secara terbuka disampaikan Pak Lulus dalam diskusi antara petani dan parapihak di forum hari temu lapangan.
Pendapat lain yang perlu digarisbawahi adalah pendapat dari pihak Deperindag Pertambangan dan Energi Kabupaten Nganjuk yang secara tegas menyatakan bahwa agar kemitraan ini dapat terus berkelanjutan, program kemitraan yang dikembangkan oleh PT Unilever tidak boleh sampai merugikan petani. Pihak Deperindag pun berkomitmen memfasilitasi pengembangan hasil-hasil yang telah muncul dari petani.
Agar kemitraan ini dapat berkelanjutan diperlukan inovasi, kreativitas, dan terobosan baru dari semua pihak yang terlibat dalam program kemitraan ini. Petani adalah mitra penting dalam program ini. Mereka adalah pelaku utama. Sekolah Lapangan Bisnis Petani bagi kelompok alumni Sekolah Lapangan Kedelai Hitam adalah salah satu pintu masuk untuk mengubah budaya agraris petani ke arah budaya bisnis petani. Dengan memahami apa itu ”bisnis petani”, petani sebagai pelaku utama dalam kemitraan ini diharapkan mampu mendorong berkembangnya kualitas kemitraan ini dan berdiri sejajar, dengan tetap terpenuhi hak-haknya sebaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar