Entri Populer

Selasa, 23 Agustus 2011

PELAKSANAAN SEKOLAH LAPANG

Bagaimana Sekolah Lapangan Dilaksanakan?
A.  Tahap Persiapan Sekolah Lapangan
Kegiatan persiapan meliputi pemilihan desa lokasi kegiatan, penentuan kelompok tani, dan pertemuan tingkat kelompok tani.  Pemilihan desa lokasi kegiatan adalah untuk menentukan desa yang tepat untuk pelaksanaan sekolah lapangan.  Adapun penentuan kelompok tani untuk menentukan kelompok tani yang akan melaksanakan kegiatan sekolah lapangan.
Sedangkan pertemuan tingkat kelompok tani merupakan upaya untuk memperoleh sejumlah 25 orang calon peserta aktif dan kesepakatan tentang waktu dimulainya pelaksanaan, hari kegiatan, lokasi lahan belajar, tempat belajar, materi pelajaran, dan lain-lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Sekolah Petani Pertanian Ekologis.

B.  Tahap Pelaksanaan Sekolah Lapangan
Pada tahap ini adalah merupakan proses belajar peserta yang berlangsung secara periodik  (mingguan) sesuai dengan situasi dan kondisi lahan, selama satu musim tanam penuh (14 kali pertemuan).  Guna penjagaan mutu proses maka kegiatan sekolah lapangan dilaksanakan pada pagi hari, minimal selama 6 jam efektif.  Berikut adalah pedoman umum jadwal setiap pertemuan:

Waktu/Jam *
Kegiatan
07.00 - 07.15
15’
Kesepakatan hasil yang ingin dicapai hari itu
07.15 - 08.00
45’
Kerja lapangan dan pengamatan agro-ekosistem
08.00 - 09.00
60’
Menggambar keadaan agro-ekosistem
09.00 - 10.00
60’
Diskusi kelompok kecil (proses analisis)
10.00 - 10.30
30’
Diskusi pleno (Presentasi/pemaparan kesimpulan dan keputusan tiap kelompok kecil)
10.30 - 10.45
45’
Istirahat (Snack)
10.45 - 11.15
30’
Dinamika Kelompok
11.15 - 11.45
45’
Topik Khusus
11.45 - 12.00
15’
Evaluasi pencapaian hasil hari itu
* Waktu dapat disesuaikan dengan kesepakatan peserta

1.    Kerja lapangan dan pengamatan agro-ekosistem. Sebelum pengamatan agroekosistem, tiap kelompok kecil melakukan kerja lapangan pada petak studi masing- masing, misalnya melakukan sanitasi, pengaturan air, penyiangan, dan sebagainya.
Pada saat pengamatan agro-ekosistem, tiap kelompok kecil mengamati petak yang telah ditentukan.  Ada 3 jenis petak masing-masing seluas minimal 500-1000 meter persegi yang harus diamati, yaitu: petak perlakuan lokal yaitu perlakuan kebiasaan petani setempat;  petak perlakuan perbaikan (petak ‘mikir’ atau petak sekolah lapangan); dan petak studi sebagai lahan untuk melakukan percobaan-percobaan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi.
Agar tiap kelompok kecil memahami perkembangan agro-ekosistem, maka mereka melakukan pengamatan di kedua perlakuan, yaitu petak perlakukan lokal dan petak perbaikan (petak ‘mikir’).  Sedangkan pengamatan di petak studi dilakukan sesuai dengan topik yang sedang diteliti.  Adapun pengaturan pengamatannya dapat dilaksanakan sebagai berikut:

Kelompok kecil
Petak Perbaikan (Petak ‘Mikir’)
Petak Lokal
Petak Studi
I
***
***
***
II
***
***
***
III
***
***
***
IV
***
***
***
V
***
***
***

Dengan demikian tiap kelompok kecil (5 orang) mengamati ketiga petak lahan praktek.  Dalam diskusi kelompok kecil yang dibandingkan adalah hasil pengamatan petak ‘mikir’ dan petak perlakukan petani.  Sedangkan petak studi didiskusikan perkembangan hasilnya.
Unsur-unsur yang diamati meliputi: keadaan tanaman, serangga hama, serangga musuh alami, serangga air, serangga terbang, gejala kerusakan, keadaan tanah, keadaan air, keadaan cuaca, keadaan gulma, dan keadaan pertanaman sekitar yang dapat mempengaruhi kondisi agro-ekosistem lahan belajar.  Contoh tanaman rusak, serangga hama dan musuh alami yang belum diketahui oleh petani dibawa ke tempat diskusi.
2.    Menggambar agro-ekosistem. Gambar agroekosistem merupakan gambaran pertanaman, hama, musuh alami, dan organisme lain, kondisi lingkungan fisik pada saat pengamatan dan perlakuan petani yang pernah dilakukan sebelumnya.  Tiap kelompok kecil membuat dua gambar keadaan agro-ekosistem dalam satu kertas, yakni perlakuan petani dan perlakuan ‘mikir’.  Pada gambar tersebut harus sudah jelas perbedaan-perbedaan dari kedua petak lahan belajar.  Penggambaran meliputi:
-      Gambar tanaman lengkap (dengan rata-rata jumlah batang/rumpun), diperjelas dengan menggunakan warna yang mendekati keadaan sebenarnya termasuk adanya kelainan-kelainan warna tanaman.
-      Gambar serangga hama dan populasinya di sebelah kiri tanaman, dituliskan nama jenis dan jumlah serangga tersebut.
-      Gambar musuh alami dengan populasinya di sebelah kanan tanaman, dituliskan nama jenis dan jumlah musuh alaminya tersebut.
-      Gambar gejala serangan penyakit, kekurangan unsur hara.
-      Gambar keadaan kelembaban tanah, cuaca: misalnya bila terang gambarlah matahari, bila berawan gambarlah matahari sebagian tertutup awan, bila mendung gambarlah awan saja (di samping kanan atas), dan keadaan gulma.
-      Gambar perlakuan lokal yang pernah dilakukannya (pemupukan, penyemprotan, penyiangan).
3.    Diskusi kelompok kecil. Dimaksudkan untuk mengkaji agro-ekosistem secara sistematis dan mendalam sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dari kondisi agro-ekosistem pada saat itu sebagai dasar untuk pengambilan keputusan pengelolaan agro-ekosistem berikutnya.  Dalam diskusi kelompok kecil dapat dilakukan analisis perbandingan antara petak perlakukan lokal dan perlakuan perbaikan (petak ‘mikir’).
Untuk menjaga mutu, maka diskusi kelompok kecil membutuhkan waktu khusus, terpisah dengan proses penggambaran.  Dalam setiap kelompok kecil salah seorang anggotanya berperan sebagai penanya (bergilir setiap minggu) dengan menggunakan gambar agro-ekosistem yang telah dibuat bersama.  Anggota yang lain menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh penanya.  Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan fase tanaman pada saat itu.  Secara umum diskusi kelompok kecil mencakup hal-hal sebagai berikut:
-      APA:  Apa yang ditemukan dalam pengamatan, baik berupa jenis dan jumlah serangga hama, musuh alami, organisme lain, kerusakan atau kelainan pertumbuhan tanaman, dan lain-lain.
-      DIMANA:  Dimana tempat ditemukan, atau di bagian mana saja hal-hal yang telah ditemukan dalam pengamatan tadi.
-      MENGAPA:  Mengapa ada aktivitas serangga hama, musuh alami, organisme lain saat ditemukan, mengapa jumlahnya sebanyak itu, mengapa kerusakan atau kelainan pertumbuhan tanaman itu terjadi, mengapa terdapat di bagian tanaman tertentu, dan lain-lain.
-      BAGAIMANA:  Bagaimana hubungan hama, musuh alami dan tanaman saat pengamatan, apa peran organisme lain, bagaimana cara pelaksanaan pengambilan keputusan, serta bagaimana prospeknya pada waktu mendatang.
4.    Diskusi pleno. Diskusi pleno merupakan tahapan kegiatan yang terpisah dengan diskusi kelompok kecil.  Dilakukan dalam gabungan kelompok kecil.  Dalam diskusi pleno ini setiap wakil dari kelompok kecil mengutarakan secara singkat hasil pengamatannya, kesimpulannya, dan keputusan kelompok kecilnya.  Jika ada perbedaan kesimpulan dan keputusan antara kelompok-kelompok kecil, perlu didiskusikan bersama sehingga semua kelompok kecil memperoleh pemahaman dari perbedaan tersebut.  Selanjutnya masing-masing kelompok kecil menindaklanjuti keputusannya.  Setelah diskusi pleno, gambar disimpan sebagai bahan untuk melihat perkembangan pertemuan  berikutnya.
5.    Topik khusus. Topik khusus yang dipelajari dalam setiap pertemuan dipilih berdasarkan permasalahan pokok setempat yang dihadapi oleh petani saat itu.  Apabila pada waktu pertemuan tidak menghadapi masalah, maka diberikan topik khusus yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.
Untuk mendukung pemahaman peserta, maka pada setiap proses topik khusus perlu kejelasan judul, kejelasan tujuan dan kejelasan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peserta.  Topik khusus dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan petani.
6.    Dinamika kelompok, Kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kekompakan dan kegairahan peserta dalam belajar (suasana dinamis).  Materi dinamika kelompok dipilih sesuai dengan kondisi kelompok pada saat itu.
7.    Studi khusus. Agar peserta sekolah lapangan memahami konsep, prinsip, dan teknologi pertanian organik dan penganekaragaman tanaman padi secara benar, maka perlu diberikan materi penunjang berupa studi khusus yang sifatnya: praktis, sederhana (dilakukan beberapa rumpun), mudah dilaksanakan, waktu yang relatif singkat, dan dapat cepat menjawab permasalahan petani saat itu.  Studi khusus dapat dilakukan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh petani setempat
8.    Praktek petani dalam penerapan di lahan usaha taninya. Setelah selesai proses belajar, peserta diharapkan dapat langsung mempraktekkan pengetahuan dan keterampilannya pada lahan usaha taninya.

C.  Tahap Penyebaran Gagasan dan Promosi
Pada akhir kegiatan sekolah lapangan, peserta menyelenggarakan kegiatan hari temu lapangan (field day) selama sehari.  Kegiatan ini diselenggarakan untuk menyebarkan hasil-hasil belajar peserta sekolah lapangan kepada petani-petani lain di desanya dan para pihak lain seperti dari pemerintahan desa, kecamatan, atau kabupaten.  Agenda utamanya adalah penyampaian hasil-hasil belajar dan pengalaman, diskusi, pameran hasil belajar, dan acara lain yang dapat mendukung forum ini seperti acara kesenian, perlombaan, dan sebagainya.
Proses Belajar melalui Pengalaman
Proses belajar dalam sekolah lapangan mengikuti daur belajar melalui pengalaman, yaitu: melakukan (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan, dan menerapkan (kembali melakukan).  Dengan proses ini tidak ada orang yang mengajar orang lain.  Setiap peserta adalah sekaligus murid dan guru.  Bagi orang dewasa, proses ini paling tepat karena dia belajar dari dirinya sendiri.  Pemandu Lapangan (petani pemandu) hanya membantu agar proses tersebut berjalan dengan baik.


 


Prinsip-Prinsip Pendidikan dalam Sekolah Lapangan
Agar tujuan-tujuan yang telah disebutkan di atas dapat tercapai, maka sekolah lapangan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang memanusiawikan warga belajarnya.  Untuk ini, pendidikan haruslah berkenaan dengan semua hal yang penting bagi orang yang bersangkutan, tidak hanya sekedar "ketrampilan".  Pada setiap orang terdapat tiga bidang yang penting, yaitu:
1.    Bidang Teknik: Ketrampilan dan Pengetahuan. Dalam sekolah lapangan, peserta belajar ketrampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menjadi seorang manajer atas lahannya sendiri, seperti: melakukan pengamatan, menghitung populasi hama dan musuh alami, dan sebagainya.
2.    Bidang Hubungan antara Sesama: Interaksi, Komunikasi, dan sebagainya. Dalam sekolah lapangan, peserta melakukan kerjasama, diskusi, menganalisis masalah bersama-sama, dan berkomunikasi.
3.    Bidang Pengelolaan: Menjadi Manajer atas Lahannya Sendiri. Dalam sekolah lapangan, peserta menganalisis masalah dan membuat keputusan tentang tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Dalam kegiatan belajar, apabila seseorang dihargai harkat kemanusiaannya, dia akan lebih tertarik dengan proses belajarnya, akan lebih terdorong kemauan belajarnya, dan akan menerapkan hasil belajarnya dengan baik.  Dia akan mandiri.  Hal ini tidak hanya disebabkan oleh karena meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya, tetapi juga karena meningkatnya kepercayaan dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar